Rabu, 07 Desember 2011

lamun


METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelinitian ekologi laut tropis dilakukan pada tanggal 5 Desember 2009  yang bertempat di daerah sekitar Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Berikut ini adalah peta lokasi Pulau Pari.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQXoZgClYtxju-Og9BLQ85lGoaAwswO6Uy80MXpPoRAoNcW1qaxLEwJYlbU-ha6aviYZz1vfXoc6lS9h8eq1hxMPlNPmwpnWhIWYsHRv8SIBmt7YOrAU-h2h-rH33ubDhOdXvAwT_nQuz3/s320/1.jpg
Gambar 1. Peta Lokasi Praktikum

Kegiatan yang dilakukan mencakup pengambilan data ekosistem lamun. Pengambilan data ekosistem lamun dilakukan pada jam 10.00 WIB dan bertempat di perairan Pulau Pari.

Alat dan Bahan
            Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini disajikan dalam Tabel di bawah ini :
·           Transek kuadrat 1m x 1m
·           Rol meter (50 m)
·           Masker dan Snorkel

Metode Pengambilan Data Ekosistem Lamun
Penentuan stasiun
Penentuan stasiun dilakukan dengan menggunakan transek garis. Rol meter di dibentangkan tegak lurus terhadap garis pantai, dimulai dari akhir sisi dalam pantai (inshore end) dan diorientasikan vertikal. Jarak antara transek garis terpisah 10 meter sehingga dalam satu bentangan stasiun akan terdapat 5 buah posisi transek. Dalam pengambilan data ekosistem lamun ini dilakukan terhadap 3 bentangan stasiun, dimana antara stasiun terpisah dengan jarak 5 meter.

Pengambilan data ekosistem lamun
            Pengambilan data ekosistem lamun menggunakan transek kuadrat 1m x 1m, dilakukan pada interval/jarak setiap 10 meter. Spesies lamun yang terdapat pada tiap-tiap transek tersebut kemudian di identifikasi dan dilakukan pencatatan. Perkirakan nilai persen penutupan lamun (tiap jenis/populasi) yang terdapat dalam transek kuadrat dan catat ke data sheet.
            Berikut ini adalah skema pengambilan data ekosistem lamun dan tabel yang digunakan untuk perkiraan penutupan lamun :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEii8yqWbuhjBL2DcZ50ixv7F-rRTBxbHaEtahfK9p7MtWtmmO5UZN8rnqzp1OiG4HQdtYcvrED7tZMMFX9bcb1GJ3gJfh-1BsYTNjq9s_zXjIerr6oGJLqzw-_3dGoifydN3Qox7dFOVFT2/s320/2.jpg
Gambar 2. Skema pengambilan data ekosistem lamun

Tabel 4. Perkiraan Luas Area Penutupan Lamun
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhdGPInICySO4tyZu8LoFgb8fqcuquN-yD9i4AHKXauKsppd3DDNK_ALCQintQ4T46t0SqwflAE0_voiffBswe2vMptDuvRLofyxzOdaOykmyr5d7uw4hIzCPFHb0cWe5ToT6LBu1bpRRM/s320/3.jpg

Pengambilan Biomassa Lamun
Pengambilan serasah lamun dilakukan pada transek yang terakhir dengan  luasan area 400 cm2. Pengambilan sampel diambil sampai memperoleh akar dari tiap spesies lamun tersebut.

Analisis Data Ekosistem Lamun
Persen penutupan lamun jenis ke-i
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXl3ARpKQmp0Akb9OsBAIIP4GJ4M1SHgFTGsFR-WAVeJTz7tnMbYdtkyUjlYzEZRKn1ik559Eek4GkPS6Oh_42Bb_-KO_U96SEyxtfKEKvLsM2LrpE87pIEwADbadgq3FjDBx_GOk28k29/s1600/4.jpg
Keterangan :
Mi   = nilai tengah persentase dari kelas ke-i
f      = frekuensi (jumlah dari sektor dengan kelas penutupan yang sama)

Analisis Data Biomassa Lamun
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdyyg29vW6K4zGIXjnY3Z_3ynO11wsyPzZCR8WGTPDN6lakN8vTQcXV8seaLxtcZ_0hMUHVV8yBSa8zPKnNYjkGu783pS0sokAOD6FLzwITIZtss067O2oFDcEQBUxtWepJcaaBPb6Z4nu/s1600/5.jpg


 
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekosistem Lamun
Pengambilan data lamun terletak di Pulau Pari. Pada pulau tersebut hanya dua spesies yang diperoleh yaitu Enhalus acaroides dan Cymodoceae serrulata. Berikut ini adalah diagram kerapatan relatif, penutupan relatif, frekuensi relatif serta INP hasil perolehan data lamun.

Kerapatan Relatif (%)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxKlvCwNaH4H7cqO_WtbBNS5K0NVAT1S2NE16vWnrbcsNMGJXroB8lONVmwioLqhAf_OL5Jj4QJ7UEiYwLBEBlqqInzDatco-8wZ1dY5VUPpn5nXDtZoEUUJPJroBHvAlI4rqu7qu_8Ajd/s1600/6.jpg
Gambar 3. Diagram Persentase Frekuensi Relatif Lamun

Penutupan Relatif (%)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8KYrd8CvH5_o3sFKWcmdhU2Wf8tgx8UJ2qQpThYKufkyAaBddAOLPTYtNs1aNl4b-Z6SQfPTflmbEMmGxbABlAiHrt9xcNzb-h_yl-VLiCSZQEgjFkgAIrUFjnlAwSEo_Mc9YDESo7vTl/s1600/7.jpg
Gambar 4. Diagram Persentase Penutupan Relatif Lamun

Frekuensi Relatif (%)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnOJYlbSS2eDdwy-GNKwXo0dde-HpgMDVBuYB8P8s1xWV65XdJJTsKTI9kIv_ZTxGCgiZ28dNWPv_rVrcsSYIq4s3l2dOEliHmOyfCtU9eC7D3y72s5-8QTR6qqlkpmH5fyxOng35XuNtk/s1600/8.jpg
Gambar 5. Diagram Persentase Frekunsi Relatif Lamun

Jenis- jenis lamun yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan di Pulau Pari adalah jenis Cymodoceae serrulata dan Enhalus acaroides. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dimana tiap ulangan terdiri atas lima transek kuadrat dengan  interval 10 m. Umumnya pada tiap transek kuadrat hanya dijumpai komunitas tunggal saja misalnya hanya jenis Enhalus acaroides atau Cymodoceae serrulata saja. Selain itu, pada beberapa transek kuadrat juga tidak ditemukan tumbuhan lamun sama sekali. Daerah yang menjadi tempat pengamatan ini, umumnya memang  jarang ditemukan komunitas lamun. Hal ini mungkin disebabkan karena kondisi fisik perairan daerah  tersebut yang bersubstrat pasir kasar dan arus yang cenderung kuat sehingga menyebabkan pertumbuhan lamun pada daerah tersebut cenderung sedikit akibatnya hanya beberapa jenis lamun saja yang dapat bertahan hidup seperti Enhalus acaroides dan Cymodoceae serrulata Menurut Hartog (1970) dalam Kiswara (1992) umumnya Cymodoceae tumbuh  di daerah batas air surut terendah yang terbuka dan di perairan laut dangkal pada substrat berpasir di tempat-tempat yang terlindung seperti teluk, muara sungai, dan terumbu karang. Demikian juga dengan Enhalus yang merupakan jenis lamun yang mempunyai ukuran paling besar, dengan helaian daunnya dapat mencapai ukuran lebih dari 1 m. Lamun dengan jenis Enhalus ini tumbuh di perairan dangkal sampai kedalaman 4 m pada substrat berpasir, pasir berlumpur atau lumpur. Dengan kelimpahan yang rendah pada daerah pasang surut.
Berdasarkan hasil kerapatan yang diperoleh maka kerapatan relatif lamun tertinggi ditemukan pada line transek ke- 1 yang mencapai 100 % dengan jenis lamun Enhalus acaroides . Sementara itu penutupan  lamun jenis Enhalus acaroides juga dijumpai pada line transek ke- 2 dan  line transek ke- 3 masing-masing persentasinya adalah 71.42% dan 0.30%.  Jenis lamun Cymodoceae serrulata ditemui pada line transek ke- 2 dan  line transek ke- 3, dengan masing-masing persentasinya adalah 28.57% dan 99.69%. Mengacu pada Gambar 11 di atas dapat diketahui bahwa lamun Enhalus acaroides secara dominan kerapatanya lebih besar daripada lamun Cymodoceae serrulata.
Pada gambar 4 terlihat secara keseluruhan luas penutupan lamun paling banyak di wilayah pengamatan ini adalah Enhalus acaroides, hal ini terlihat dari persentasi dari masing-masing transek mulai dari line transek ke- 1 sampai dengan line transek ke- 3 dengan persentasi masing-masing 100%, 94.37%, dan 0.46%. Sedangkan untuk  jenis lamun Cymodoceae serrulata yang ditemui pada line transek ke- 2 dan  line transek ke- 3 memiliki presentasi masing-masing adalah 5.62% dan 99.53%, begitu pula yang terjadi pada frekuensi relatif lamun yang ditunjukan pada gambar 13 dimana persentasi persentasi Enhalus acaroides dari masing-masing transek mulai dari line transek ke- 1 sampai dengan line transek ke- 3 masing-masing adalah 100%, 71.43%, dan 0.30%, Sedangkan untuk  jenis lamun Cymodoceae serrulata yang ditemui pada line transek ke- 2 dan  line transek ke- 3 memiliki presentasi masing-masing adalah 28.57% dan 99.69%.

INP Lamun
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLxQR5k0ggL4A5-mVczjzLwzCogaSieMfIsCtElPXjkgyWFJKiSwHpUfAXHx8e95DrvN2OYJ4y8dceAwieMov1M5HomnJSDviinGNIcPFairl_gOjywXSUyE3HPQaz_ufPXmK9EdLzIAYO/s320/9.jpg
 Gambar 6. Diagram INP Lamun

Secara umum nilai-nilai tersebut dirangkum menjadi nilai INP (Indeks Nilai Penting) untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Berdasarkan hasil data lamun yang diperoleh dapat diketahui bahwa pada LT 1 dan LT2 nilai INP jenis Enhalus acoroides lebih tinggi dari pada jenis Cymodoceae serrulata. INP Enhalus acoroides berkisar antara 237,2% - 300% sedangkan INP Cymodoceae serrulata  0% - 62,76%.
 Namun pada ulangan LT  3 jenis  Cymodoceae serrulata merupakan spesies yang memiliki tingkat ekologis tertinggi atau dengan kata lain spesies ini yang paling mendominasi/mempengaruhi daerah tersebut. Terlihat dengan nilai INP yang mecapai nilai maksimum yakni 298,91%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah masing-masing jenis berbeda-beda pada tiap ulangan dimana LT 1 dan LT 2 spesies Enhalus acoroides lebih banyak sebaliknya pada LT 3 spesies Cymodoceae serrulata yang lebih banyak. Perbedaan tersebut terlihat sangat signifikan, karena perbandingan nilai INP antara kedua spesies tersebut sangat jauh berbeda. Seperti yang terlihat pada LT 1 dengan nilai INP Enhalus acoroides sebesar 300% dimana nilai ini berarti spesies tersebut memiliki tingkat  jumlah tertinggi dan berarti tidak ada jenis Cymodoceae serrulata pada line transect tersebut. Nilai INP dari spesies Enhalus acoroides paling besar daripada spesies Cymodoceae serrulata sehingga  spesies Enhalus acoroides memegang peranan penting dalam ekosistem wilayah tersebut.

Biomassa Serasah Lamun
Pada transek pengambilan serasah lamun diperoleh dua jenis lamun yaitu Enhalus acoroides dan Cymodoceae serrulata Dari kedua spesies tersebut diambil daun, akar,  dan batang. Namun yang digunakan untuk perhitungan biomassa hanya daun kemudian dibersihkan dengan air dan menggunakan kertas. Apabila air pada daun sudah berkurang maka dapat ditimbang berat basah dari daun lamun sebagai berat awal yang diperoleh sebesar 2.8 gram. Daun  lamun yang sudah ditimbang kemudian dibungkus dengan alumunium foil dan dikeringkan di oven selama satu  hari. Setelah dikeringkan daun lamun dapat diukur berat keringnya sebagai berat akhir yang diperoleh sebesar 0.6 gram. Perhitungan dari  berat kering dibagi dengan luas area diperoleh biomassa sebesar 9.6 gr/m2. Hal ini berarti dalam setiap luasan 1 meter pada lahan tumbuhnya lamun, terdapat sebesar 9.6 gram daun lamun yang berpotensi sebagai penghasil oksigen, berpotensi sebagai serasah untuk diuraikan dan makanan bagi organisme herbivora. Menurut Zamroni dan Rohyani (2008) serasah pada lamun berfungsi sebagai sumber pakan biota dan unsur hara yang akan menentukan pertumbuhan lamun dan produktivitas perikanan laut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar